“Harta terbesar manusia ialah dirinya sendiri.”
Dalam buku Doa Sang Katak, de Mello mengisahkan seorang kakek yang memiliki toko barang antik. Seorang turis masuk dan mulai bertanya ini dan itu. Akhirnya, Sang Turis bertanya, ”Menurut Bapak, mana yang paling aneh dan paling ajaib dari semua hal yang ada di sini?” Kakek itu kemudian memeriksa ratusan barang antik: binatang langka, tengkorak yang menyusut, ikan dan burung yang diawetkan, temuan arkeologi, kepala rusa, dan masih banyak lainnya. Setelah hampir setengah jam, kakek itu berpaling kepada turis dan berkata, ”Yang paling aneh dan paling ajaib di dalam toko ini, tak dapat disangkal adalah diri saya sendiri.”

Harta terbesar manusia ialah dirinya sendiri. Tak ada orang yang persis sama di dunia. Kembar identik pun tidak. Setiap manusia unik dan tiada duanya. Itulah harta terbesar yang dimilikinya. Itu jugalah yang seharusnya menjadi dasar rasa syukur kita. Alasan utama lainnya, mengutip surat Paulus kepada Titus, hidup seorang Kristen secara kualitas berbeda dengan yang lain karena Allah telah menyelamatkan dari maut dan mengaruniakan hidup kepadanya (Tit. 3:4-7).
Kenyataan itulah yang membuat Paulus mendorong orang percaya untuk: “Sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik” (Tit. 3:8a).
Ada dua hal yang ditekankan Paulus di sini. Pertama, pekerjaan itu harus baik. Dan semua pekerjaan baik selama itu meningkatkan harkat dan martabat tak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain. Kedua, pekerjaan yang baik itu harus dilakukan secara serius, tidak main-main. Bagaimana kita melakukan suatu pekerjaan semestinya juga menjadi fokus kita. Sekali lagi, tak sekadar apa pekerjaan kita, tetapi bagaimana kita mengerjakannya! Dan menurut Paulus, ”Itulah yang baik dan berguna bagi manusia” (Tit. 3:8b).
Selamat Bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional