Kisah pemilihan rasul pengganti Yudas menarik disimak. Baik sebelum pemilihan maupun setelah pemilihan para murid itu tetap bersatu. Mereka tidak pecah. Yang terpilih tidak menganggap diri lebih baik sehingga menjadi sombong; yang tidak terpilih pun tidak menganggap diri lebih buruk sehingga menjadi minder. Mengapa? Kemungkinan disebabkan karena mereka tahu bahwa semuanya itu merupakan pilihan Tuhan sendiri. Ini prerogatif Allah. Perhatikan doa mereka: ”Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini… (Kis. 1:24). Keduanya adalah orang yang terbaik dalam pikiran manusia. Karena sama-sama baik, mereka mengundang Allah untuk terlibat dalam pemilihan itu. Dan hasilnya tak ada perpecahan dalam jemaat itu.
Dalam bukunya, Kisah Para Rasul untuk Semua Orang, Tom Wright mencatat: “Bagian dari ketaatan kristiani, sejak awal, adalah panggilan untuk memainkan bagian-bagian besar (yang rupanya) tanpa kesombongan dan bagian-bagian kecil (yang rupanya) tanpa rasa malu. Tentu saja, tidak ada penumpang dalam Kerajaan Allah, dan tidak ada juga bagian ’besar’ atau ’kecil’. Berbagai tugas dan peran yang diberikan Allah kepada kita adalah pekerjaan-Nya, dan bukan pekerjaan kita” (hlm. 44). Kunci dari semuanya itu terletak pada kesatuan mereka dalam doa.
Doa berarti persekutuan dengan Allah. Persekutuan itu seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm. 1:3). Inilah yang membuat jemaat itu bertahan. Karena mereka bersekutu dalam Tuhan sendiri. Dan bersekutu dengan Sang Hidup berarti pula hidup dalam kekekalan (1Yoh. 5:11-12). Dan semuanya itu sejatinya merupakan buah dari doa Tuhan Yesus sendiri: ”Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku…” (Yoh. 17:24). Dengan kata lain, baik Sang Guru maupun Sang Murid sama-sama berdoa. Hasilnya: Pekerjaan-Nya terlaksana melalui diri para murid-Nya.
Ya, pekerjaan yang akan kita kerjakan pada hari ini pun bukanlah pekerjaan kita. Itu adalah pekerjaan-Nya melalui diri kita.
Selamat bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional