Posted on Tinggalkan komentar

Siapakah Engkau?

”Siapakah engkau?” (Yoh. 1:19). Itulah pertanyaan yang diajukan orang banyak kepada Yohanes Pembaptis. Di tengah pengharapan orang akan mesias, Yohanes tidak mencoba memancing di air keruh. Dengan jujur dia mengaku bahwa dia bukanlah mesias yang dinanti-nantikan itu. Dia juga bukan Elia, bukan pula nabi yang akan datang.

Lalu, ”Siapakah engkau?” (Yoh. 1:22). Atas pertanyaan tersebut, Yohanes menyatakan dirinya sebagai: ”suara orang yang berseru-seru di padang gurun, ’Luruskanlah jalan Tuhan!’”
Ketika orang bertanya tentang dirinya, Yohanes malah bicara soal karya. Dia tidak menjelaskan identitasnya dengan kata benda—anak siapa atau keturunan siapa; tetapi tetapi bicara soal apa yang dikerjakannya.

Dalam pola pikir Yohanes, kelihatannya yang penting memang the song, and not the singer ’lagunya, dan bukan penyanyinya’. Yang terutama bukan siapa orangnya, tetapi apa yang dibuatnya!

Jelaslah anak Zakharia itu bicara soal kerja! Dan pekerjaannya adalah berseru-seru di padang gurun, ”Luruskanlah jalan Tuhan!” Dan seumur hidupnya dia senantiasa berseru, tidak pernah diam.
Yohanes Pembaptis konsisten dengan panggilannya. Kekonsistenannya itulah yang membuatnya dipenjara. Kepalanya pun akhirnya dipenggal—diletakkan pada sebuah talam—sebagai hadiah raja yang malu menarik sumpahnya (lih. Mat. 14:1-12).

Pertanyaannya sekarang, apa jawab kita ketika orang bertanya, ”Siapakah engkau?” Sebuah kata kerja atau kata benda untuk menjelaskan identitas kita?

Yohanes menerangkan jati diriya dengan kata kerja, yaitu berseru-seru. Mungkin kita pun sebaiknya demikian. Lalu, kata kerja apa yang merupakan kedirian kita?

Selamat bekerja!

Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *