(Luk. 24:13-29)
”Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam!” (Luk. 24:29). Demikianlah undangan kedua murid kepada seorang asing yang menemani mereka dalam perjalanan.
Mengundang seorang asing menginap bukanlah tanpa risiko. Mungkin saja, orang asing itu perampok. Namun, kedua murid itu agaknya memercayainya. Mereka memperhatikan nasibnya. Mereka tidak takut seandainya orang asing itu menjahati mereka. Mereka membuang semua prasangka buruk yang melintas dalam benak. Mereka ingin mengundang orang asing itu karena hari telah menjelang malam. Kepedulian membuat mereka sangat mendesaknya.
Mengundang orang memang bukan hal sederhana karena si pengundang harus rela membagikan apa yang dimilikinya. Dia harus rela membagikan ruang tamu, makanan dan minuman, bahkan pribadinya. Dalam budaya kita pun ada ungkapan bahwa tamu adalah raja. Itu berarti: mengundang orang berarti siap memberikan yang terbaik.
Tak heran, jika dalam setiap perhelatan, misalnya acara perjamuan kawin, dalam sambutannya, pemimpin acara atas nama tuan rumah biasanya meminta maaf jika pelayanan kurang menyenangkan. Kepuasan hati tamu merupakan hal terpenting.
Tindakan mengundang orang sesungguhnya merupakan tindakan manusia merdeka. Si pengundang harus merdeka dari prasangka jangan-jangan orang asing itu akan menjahati mereka. Si pengundang juga harus memberikan kemerdekaan terhadap orang asing itu untuk menikmati apa yang kita miliki. Itu membutuhkan kepercayaan dalam diri sang pengundang. Dan kepercayaan merupakan sikap dasar manusia merdeka.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional