”Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.” (Mat. 13:9). Demikianlah nasihat Yesus kepada para murid-Nya. Mungkin agak keras dalam pandangan kita. Namun, kalimat itu hendak mengingatkan manusia akan keberadaan dan panggilannya selaku manusia. Kenyataannya, banyak orang tak lagi mampu menjadi manusia.
Sekadar contoh: soal pendengaran tadi. Yang bertelinga, tak mau mendengar, apalagi mendengarkan. Lalu, apa arti sepasang telinganya? Bukankah telinga dimaksudkan agar orang mampu mendengar?
Persoalan kemauan dan kemampuan menjadi penting kita renungkan karena kemampuan mendengar belum tentu berbanding lurus dengan kemauan mendengar.
Lagi pula, tak ada kelopak telinga, yang ada hanyalah daun telinga. Itu berarti proses pendengaran tak perlu instruksi otak. Kita tak mungkin menutup telinga sebagaimana mata. Artinya, tak mendengar sungguh aneh.
Lebih aneh lagi, jika manusia merasa perlu menyeleksi apa yang didengarnya. Persoalannya: banyak orang mendengar apa yang ingin didengarnya. Kalau sudah begini, nasihat Sang Guru menjadi modal utama bagi para murid-Nya, yang hari ini memulai minggu kerja baru: ”Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
Selamat Bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional