Posted on Tinggalkan komentar

Bagaimana Seharusnya Membaca Alkitab?

Alkitab memang bukan sembarang buku. Melalui Alkitab Allah menyapa manusia. Melalui Alkitab pula, manusia menanggapi sapaan Allah itu. Melalui Alkitab, manusia memuaskan rasa rindu mereka kepada Allah. Mereka ingin memperoleh pegangan, kasih, penghiburan, pertumbuhan, dan koreksi. Namun, secara umum orang beranggapan bahwa Alkitab itu sulit dipahami.

Bagaimanakah kita seharusnya membaca Alkitab? Frans Wisselink—dalam buku Kaya Roh: Hidup oleh Roh, Berada dalam Kristus—menjelaskan kepada pembaca perlunya membedakan antara cerita-cerita alkitabiah dan perintah-perintah alkitabiah.

Dalam Alkiab ada banyak cerita; dan kita harus percaya dengan tulus bahwa cerita-cerita itu menggambarkan apa yang benar-benar telah terjadi. Dalam Alkitab ada juga hukum-hukum dan perintah-perintah dan kita harus menjalankannya dengan taat. Sekali lagi kedua hal itu harus dibedakan.

Sebagai contoh, kisah Ratu Wasti dalam Kitab Ester. Dia kehilangan kedudukannya sebagai ratu karena dianggap tidak taat kepada suaminya. Apakah itu berarti setiap istri harus menaati suaminya tanpa reserve? Tentu tidak bukan! Tergantung konteksnya. Kisah pembuangan Wasti memang membuka jalan bagi Ester untuk menjadi ratu. Namun, kita juga bisa menilai Wasti sebagai seorang perempuan yang teguh dalam prinsip.

Contoh kedua, dalam Kisah Para Rasul Petrus dan Yohanes yang sedang dipenjara secara ajaib dibebaskan. Seorang malaikat membimbing mereka keluar dari penjara. Apakah itu berarti bahwa Allah akan selalu membebaskan utusan-utusan-Nya? Jelas, tidak demikian. Dalam Kisah Para Rasul kita bisa menyaksikan bagaimana Paulus tetap di penjara hingga dibawa ke Roma, atau Stefanus dan Yakobus yang menjadi martir.

Berkait dengan cerita alkitabiah, tentu kita boleh berharap bahwa Allah—jika Dia berkenan—akan memberikan mukjizat-Nya kepada kita seperti dalam cerita. Namun demikian, kita tidak boleh memutlakkannya.

Bagaimana sampai pada kepekaan mampu membedakan antara cerita alkitabiah dan perintah alkitabiah?

Pertama dan terutama adalah marilah kita mulai dengan membaca Alkitab dan merenungkannya! Sebab, bagaimanapun juga, Allah memang ingin menyapa kita!

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *