Bendahara itu perkara besar atau kecil? Anda mungkin balik bertanya,
”Bendahara apa dulu!” Kalau bendahara keluarga, biasanya dipegang ibu, tentu bukan perkara besar. Namun, bendahara gereja pastilah bukan perkara kecil.
Tetapi, apakah bendahara keluarga memang sungguh perkara kecil? Terlebih di tengah harga kebutuhan pokok yang kian membubung, yang ditambah keperluan anak sekolah pada awal tahun ajaran.
Baik bendahara keluarga maupun bendahara gereja, Sang Guru dari Nazaret menuntut sikap dan tanggung jawab yang sama. Dalam Perumpamaan Talenta Sang Guru menegaskan beberapa hal mendasar.
Pertama, baik bendahara keluarga maupun bendahara gereja, keduanya merupakan orang kepercayaan. Yang satu dipercaya suami, yang lainnya dipercaya umat.
Kepercayaan merupakan hal penting dalam hidup. Mana yang hendak kita pilih: menjadi direktur utama sebuah bank yang tidak dipercaya nasabahnya atau menjadi montir di bengkel sepeda motor yang dipercaya pelanggannya?
Bank itu, seberapa pun besarnya, tanpa kepercayaan nasabahnya, cepat atau lambat pasti akan bangkrut! Sebaliknya, bengkel sepeda motor itu cepat atau lambat pasti akan menjadi besar. Mengapa? Ya karena dipercaya!
Kedua, ada pertanggungjawaban dalam setiap pekerjaan. Sang Pemilik akan menuntut tanggung jawab dari setiap pekerjanya. Tak seorang pun bisa lepas dari tanggung jawab. Itu berarti kita tidak boleh main-main dengan pekerjaan kita.
Evaluasi sebetulnya nama lain dari sebuah pertanggungan jawab. Yang namanya panitia di akhir tugasnya pasti akan membuat laporan pertanggungjawaban. Tak ada panitia Natal seumur hidup!
Ketiga, orang yang menangani baik perkara besar maupun kecil dituntut untuk setia. Setia berarti menjalankan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Setia berarti tidak berhenti di tengah jalan. Tidak mutung. Setia berarti melaksanakan tugas hingga selesai.
Kesetiaan memang berkait dengan stamina. Jangan hanya semangat di awal, biarlah semangat itu tetap menyala hingga akhir. Stamina berkait erat dengan ketahanujian atau ketahanbantingan seseorang. Lagipula, bukankah gaji kita juga tidak pernah berkurang?
Keempat, setia berarti menjalani setiap pekerjaan dengan benar. Benar berarti tidak salah. Benar berarti tidak main-main. Benar berarti serius. Benar berarti fokus.
Bertindak benar merupakan masalah kualitas. Dan bicara soal kualitas kita bisa belajar dari penerbit buku lagu. Penerbit tersebut harus memastikan bahwa baik syair maupun lagunya benar. Salah notasi, akan salah pulalah orang yang menyanyikannya. Di sinilah pentingnya editor. Tugas editor bukanlah mencari kesalahan, tetapi memastikan kebenaran.
Dan itu jugalah panggilan Sang Guru: ”Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat. 5:48).
Selamat Bekerja,
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional