Di manakah letak kesalahan pembuatan Menara Babel? Pastilah bukan pada menaranya. Bukan itu kesalahannya hingga Allah menghentikan pembangunannya. Menara itu tak punya satu kesalahan pun.
Kesalahan bukan pula terletak pada kemampuan manusia dalam membangunnya. Bagaimanapun, manusia—yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah—mempunyai kemampuan mencipta.
Kreativitas merupakan bukti terkuat bahwa manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah. Manusia yang tidak kreatif pada dasarnya mengingkari panggilannya selaku manusia. Dan IPTEK merupakan karunia Allah juga.
Lalu, di mana kesalahannya? Kesalahannya adalah pada motivasi di balik pembuatan menara itu. ”Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (Kej. 11:4). Demikianlah mereka bersepakat satu sama lain.
Mendirikan sebuah kota dengan menara yang sampai ke langit bukanlah kesalahan. Namun, pertanyaannya: mengapa perlu membuat menara? Apa tujuannya? Dan tujuannya: ”cari nama”! Dalam Alkitab BIMK tertera: ”supaya kita termasyhur”. Menara itu dibuat agar manusia terkenal!
Manusia ingin cari nama! Manusia ingin terkenal! Manusia ingin dipuji! Sesungguhnya, semuanya itu merupakan perlawanan kepada Sang Pencipta. Dan pada titik itu Allah bertindak.
Ya, inilah masalahnya. Itu jugalah agaknya yang membuat mereka tak lagi mampu bekerja sama saat tak lagi paham bahasa tutur. Sebenarnya mereka bisa menggunakan bahasa isyarat. Kenyataannya tidak! Mereka sulit bekerja sama karena setiap orang ingin mencari nama sendiri-sendiri.
Nah sekarang, apakah motivasi kerja Anda hari ini?
Selamat Bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional