Di tengah dunia yang makin marak oleh perang iklan, para pengikut Yesus perlu meneladani Sang Guru—Sabda yang menjadi Manusia; Kata yang maujud dalam Karya.
Iklan memang baik dan perlu agar lebih banyak orang memahami tindakan kita. Akan tetapi, yang penting bukanlah iklan itu sendiri. Iklan perlu ada kelanjutannya. Dan itu berarti karya! Karya membuktikan siapa kita sesungguhnya.
Itu jugalah yang dilakukan Tabita. Kita tidak pernah tahu identitasnya; apakah dia bersuami, berapa anaknya, atau berapa usianya. Akan tetapi, kita tahu apa yang dilakukannya. Lukas mencatat: ”Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah” (Kis. 9:36).
Ketika Lukas memperkenalkan Tabita, dia menyertakan dua kata kerja: ”berbuat” dan ”memberi”. Tindakan Tabita semasa hidup menjadi saksi nyata yang tertulis di hati orang yang pernah merasakan kebaikannya.
Tabita kelihatannya berusaha bersikap dan bertindak sebagaimana Sang Guru. Dia melakukan apa yang dikatakan-Nya. Dan apa yang pernah dilakukan-Nya itu akhirnya menjadi saksi bagi diri-Nya.
Lukas juga mencatat, para janda mengerumuni Petrus sambil menangis dan menunjukkan kepadanya baju-baju dan jubah-jubah yang dijahitkan Tabita untuk mereka sewaktu masih hidup. Para janda itu merasa perlu memperlihatkan hasta karya Tabita. Karya Tabita menjadi saksi.
Bagaimana dengan kita? Kerja kita adalah iklan sesungguhnya! Karya terbaik merupakan keniscayaan.
Selamat Bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional