“Nilai rendah memang ampuh menimbulkan amarah dan membuat suasana rumah semakin gerah. Namun sekali lagi anugerah menunjukkan bahwa sikap lemah lembut jauh lebih berpengaruh mengubah mereka ketimbang amarah yang bergemuruh.”
Kekecewaan menjadi peluru tajam yang secara langsung dilesatkan tepat menuju hati anak-anak. Anak dianggap sebagai perwakilan keluarga. Jika anak berprestasi, keluarga bangga hati. Jika anak minim prestasi, keluarga dipermalukan. Entah sudah banyak orang tua yang menjadi penembak jitu atas hasil ujian anak-anak mereka. Ujian sekolah telah lewat, hasilnya pun sudah didapat. Lantas, bagaimana seharusnya orang tua bersikap?
Nilai besar tidak selalu menggambarkan kesuksesan, sebaliknya nilai kecil juga belum tentu sebuah kegagalan. Anak Anda butuh lebih dari sekedar penghargaan atas setiap keberhasilan–lebih dari sekedar hukuman atas setiap kegagalan. Anak Anda membutuhkan lebih dari sekedar pengasuhan ala reward and punishment. Mereka membutuhkan Injil yang memberikan pembebasan, selayaknya yang pernah Anda alami sendiri ketika menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Mereka membutuhkan Anugerah Allah.
Allah memberikan anugerah kepada Anda tidak hanya supaya Anda menjadi penerima anugerah. Anugerah diberikan kepada Anda untuk berperan sebagai instrumen harian—pelaku-pelaku anugerah—dalam kehidupan anak-anak yang telah ditempatkan-Nya dalam perawatan Anda. Setiap hari, Anda diberikan kesempatan untuk menunjukkan kasih Allah dalam berbagai peristiwa kehidupan: dalam peristiwa kehamilan, kelahiran, bayi yang menangis, balita belajar berjalan, hari pertama masuk sekolah, juga ketika mereka bertengkar dengan temannya. Semua hal itu terjadi karena ada Allah yang mempercayakan mereka dalam perawatan Anda. Allah telah membuka mata Anda atas kasih dan kemuliaan-Nya, sehingga Anda dapat menolong anak-anak Anda mengalami hal yang sama—mengagumi kasih dan kemuliaan Allah.
Anugerah ini dibutuhkan oleh mereka ketika harus berhadapan dengan Anda atas kenyataan nilai yang rendah. Respons Anda akan menentukan Allah seperti apa yang Anda kenal dan Allah seperti apa yang akan anak-anak Anda lihat melalui diri Anda.
Tidak ada pribadi yang lebih baik dan efektif daripada orang tua yang dengan rendah hati mengakui bahwa ia sendiri pun sangat membutuhkan anugerah dan pengampunan. Jadi, apa yang harus Anda lakukan jika nilai ujian mereka jauh dari yang Anda harapkan?
Ketimbang mendekati mereka dengan kemarahan karena merasa diri sudah mengajar dengan benar, dekati mereka sebagai pendosa yang membutuhkan anugerah, sehingga mereka sadar akan keindahan anugerah Allah di dalam hidup mereka. Anugerah Allah telah memampukan Anda untuk melihat bahwa Anda tidak sanggup mentaati hukum Allah dengan sempurna. Orang yang merasa dirinya benar terlalu mudah untuk menghakimi dan menghukum orang-orang yang tidak memenuhi standar yang mereka tetapkan. Pandanglah mereka dengan cara Allah memandang diri Anda yang berdosa. Dengan demikian kasih dan pengampunan akan terpancar dari cara pengasuhan Anda.
Sebagai orang tua yang juga pernah gagal—ujian sekolah juga ujian kehidupan—jangan pernah takut untuk menunjukkan bahwa Anda juga orang tua yang tidak sempurna. Anda tidak akan pernah berhasil menjadi ayah atau ibu apabila dalam keseharian, Anda terus menampilkan diri seperti orang yang paling benar. Anak-anak bisa mengenali diri Anda yang sebenarnya. Jika Anda mengingkarinya, Anda akan memberikan kepahitan di dalam diri anak-anak Anda. Namun, jika Anda adalah orang tua yang bisa mengakui kesalahan di depan anak-anak Anda, maka Anda akan disayangi oleh mereka. Orang tua yang dengan rendah hati mau mengakui kesalahan di depan anak-anak, akan memberi semangat pada anak-anak untuk menjadi rendah hati juga mengakui kesalahan dan kegagalan mereka.
Tunjukan kelemahlembutan karena itu adalah karakter penting dari anugerah. Nilai rendah memang ampuh menimbulkan amarah dan membuat suasana rumah semakin gerah. Namun sekali lagi anugerah menunjukkan bahwa sikap lemah lembut jauh lebih berpengaruh mengubah mereka ketimbang amarah yang bergemuruh. Amarah yang terus ditumpuk akan membentuk hati yang keras. Bayangkan Anda memegang sebuah batu seukuran kepalan tangan. Lalu cobalah untuk meremasnya dengan segenap tenaga. Apa yang akan terjadi? Jawabannya, tidak akan terjadi perubahan apapun. Hati yang keras tidak mengubah keadaan, bahkan berpotensi memperburuk keadaan. Sejatinya sikap kelemahlembutan adalah tindakan kasih yang saat ini mereka perlukan.
Sahabat, kiranya Injil dan Anugerah Kristus membuat diri Anda semakin BIJAK MENJADI ORANG TUA. Mari bertumbuh bersama!