Bukankah Ia ini anak Yusuf? (Luk. 4:22). Itulah kalimat yang terlontar karena tidak adanya mukjizat penyembuhan. Bisa jadi mereka bingung mengapa Yesus tidak melakukannya. Jika Yesus melakukan penyembuhan di banyak tempat, masak di kota masa kecil-Nya kagak?
Mereka tampaknya ingin Yesus membuktikan diri sebagai pribadi yang sanggup membuat mukjizat. Selama ini mereka hanya mendengar kehebatan-Nya, dan sekarang mereka ingin menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka ingin bukti! Dan untuk semua alasan itu, Yesus punya satu jawaban: tidak.
Yesus tidak tergoda untuk membuktikan diri di hadapan teman-teman sepermainan-Nya. Yesus tidak tergoda untuk membuktikan kehebatan-Nya. Bahkan, Yesus siap dianggap kacang lupa kulit.
Di sini Yesus tidak melakukan sesuatu seturut kata orang. Yesus merupakan pribadi merdeka. Akan tetapi, itu tidak berarti bersikap dan bertindak semau-Nya. Bagaimanapun, Yesus merupakan pribadi yang taat kepada Bapa-Nya.
Kalau Yesus melakukan mukjizat, hal itu bukan untuk memuaskan keinginan orang—apalagi diri-Nya—tetapi agar makin banyak orang mengenal dan memuliakan Allah. Jika dicermati, di akhir semua mukjizat Yesus senantiasa ada, setidaknya satu orang, yang bersyukur kepada Allah.
Jadi, semua mukjizat itu dilakukan bukan buat pamer. Bukan untuk mendapatkan tepuk tangan. Sekali lagi, agar semakin banyak orang mengenal dan memuliakan Allah. Yesus memang tidak sembarangan membuat mukjizat.
Yesus merdeka. Dia hanya melakukan apa yang dikehendaki Bapa. Manusia memang sering menuntut ini dan itu. Namun, Yesus lebih mendengarkan perkataan Bapa ketimbang manusia. Dan karena sikap itulah Yesus siap ditolak!
Bagaimana dengan kita? Juga dalam pekerjaan hari ini?
Selamat Bekerja!
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional