(Luk. 23:50-54)
Pada saat kematian Yesus, Lukas menampilkan tokoh baru: ”Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah.”
Yusuf dari Arimatea tiba-tiba muncul di permukaan. Penampilannya dimuka umum bukan tindakan sembarangan. Lagi pula, dia yang meminta izin kepada Pilatus untuk menurunkan Yesus dari salib dan menguburkannya. Risiko yang tak kecil. Sebab dengan begitu dia telah menyatakan diri kepada umum bahwa dia adalah pengikut dari Sang Penjahat dari Nazaret. Dengan kata lain, Yusuf siap mempertaruhkan jabatannya sebagai anggota Majelis Besar.
Yusuf dari Arimatea sendiri bukanlah pribadi sembarangan. Dia agaknya seorang yang kaya. Pada masa itu tak sedikit orang yang membeli tanah makam di Yerusalem karena memang banyak orang Yahudi berniat mati dikuburkan di Yerusalem, ibu kota kerajaan Israel. Agaknya, Yusuf dari Arimatea pun telah menyiapkan kubur bagi dirinya sendiri.
Namun, kubur yang telah disiapkan bagi dirinya sendiri itu—kubur yang belum pernah dipakai orang—diberikan kepada Yesus Orang Nazaret. Inilah pemberian terbaik itu. Ukuran terbaik di sini adalah dirinya sendiri—serbakelas satu! Dan itulah yang diberikan kepada Yesus.
Kita tidak tahu apa yang ada di benak Yusuf dari Arimatea. Namun, dia mau memberikan yang terbaik bagi dirinya untuk guru-Nya. Dia tidak itung-itungan.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional