(Luk. 23:44-49)
”Sungguh, orang ini tidak bersalah!” Demikianlah kesimpulan kepala pasukan yang menjadi saksi kematian Kristus. Kesaksiannya bukan tanpa alasan.
Pertama, sepertinya dia menyadari bahwa sejak penangkapan hingga kematian, Yesus tidak pernah mengakui kesalahan. Meski ditekan dengan dakwaan berat—menganggap diri sebagai Anak Allah—Yesus tidak pernah mengaku salah. Dan karena itu, Dia juga tidak pernah minta ampun.
Kedua, kepala pasukan itu pasti juga menyaksikan bagaimana Yesus malah mengampuni orang yang menyalibkan-Nya. Tidak ada dendam dalam diri-Nya. Belum lagi, ketika Yesus berjanji kepada salah seorang penjahat bahwa orang itu akan bersama dengan diri-Nya dalam Firdaus.
Ketiga, sepertinya kepala pasukan itu pun mendengarkan seruan Yesus: ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Jika Yesus sungguh salah, sebagaimana tuduhan para pemimpin agama, pastilah Dia tidak akan berani menghadap Allah. Yang ada adalah rasa takut akan berhadapan dengan Sang Pencipta. Bahkan Dia menyapa Allah dengan sebutan Bapa.
Yang juga penting, ini yang keempat, Yesus tidak dicabut nyawa-Nya seperti manusia lain, tetapi Dia menyerahkan nyawa-Nya. Kenyataan ini menyatakan dengan jelas bahwa Yesus memang bukan manusia biasa. Setidaknya Dia memang tidak bersalah sebagaimana yang dituduhkan para pendakwa-Nya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional