(Luk. 22:3-6)
”Lalu masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. Yudas pun pergi kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka.”
Demikianlah catatan Lukas berkait dengan pengkhianatan Yudas. Lukas tampaknya perlu menyatakan dengan jelas bahwa pengkhianatan Yudas bukanlah murni inisiatifnya sendiri. Ada faktor luar yang memengaruhinya. Namun demikian, Yudas tidak bisa lepas tangan. Meskipun ada dorongan Iblis, yang bertanggung jawab tetaplah Yudas seorang. Tugas Iblis memang membujuk manusia, namun mau atau tidak dibujuk bukan tanggung jawabnya lagi.
Lukas tampaknya perlu mengingatkan pembacanya bahwa Yudas adalah seorang dari kedua belas murid Yesus. Itu berarti dia adalah orang yang dekat dengan Yesus, orang yang dipilih Sang Guru untuk menjadi murid-Nya. Jelas dia bukan orang sembarangan. Itu berarti orang terdekat Yesus pun bisa jatuh ke dalam pencobaan. Sepertinya Iblis sengaja melakukannya untuk menambah derita musuh besarnya selama ini.
Menarik disimak—masih berkait tanggung jawab—Yudas sendirilah yang menemui para imam kepala dan kepala pengawal Bait Allah. Jelaslah, Yudaslah yang berinisiatif. Dia tidak direkrut, tetapi menawarkan dirinya untuk menyerahkan Yesus. Dan baginya tersedia, menurut para penulis Injil lain, 30 keping perak, yakni harga budak pada saat itu. Tegas pula di sini bahwa Yudas menghargai Yesus senilai dengan budak belian saat itu.
Lukas mencatat: ”Ia menyetujuinya, dan mulai mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.” Lagi-lagi, Lukas hendak menegaskan bahwa Yudas sendirilah yang bertanggung jawab. Ya, Yudas menyetujui upah pengkhianatan tersebut.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional