(Luk. 1:26-29)
”Dalam bulan yang keenam malaikat Gabriel disuruh Allah pergi ke Nazaret, sebuah kota di Galilea, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu datang kepada Maria, ia berkata, ’Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.’ Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.”
Yang dimaksud dengan bulan keenam di sini adalah bulan keenam Elisabet mengandung anaknya. Lewat ungkapan ini, Lukas agaknya hendak memperlihatkan kepada para pembacanya bahwa kisah kelahiran kedua anak itu memang berkait satu sama lain. Itu juga berarti usia Yohanes Pembaptis sekitar enam bulan lebih tua dibandingkan Yesus Orang Nazaret.
Dengan pemberitaan macam begini, Lukas hendak menyatakan bahwa malaikat yang diutus menampakkan diri kepada Zakharia dan Maria adalah sama, Gabriel, yang berarti utusan Allah atau kekuatan Allah.
Kepada Maria, Gabriel menyapa, ”Salam, hai engkau yang dikaruniai….” Jika hanya berhenti pada kata ”salam”, memang terkesan basa-basi. Namun, ucapan Gabriel dilanjutkan dengan ”hai engkau yang dikaruniai”. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”engkau yang diberkati Tuhan secara istimewa”. Dan inilah yang membuat Maria terkejut dan bertanya-tanya mengenai arti salam itu.
Dari penjelasan Gabriel selanjutnya jelaslah bahwa Maria memang pribadi yang dikaruniai. Dia menjadi wahana kehadiran Juruselamat dunia. Dia akan menjadi Bunda Tuhan. Dan pernyataan berikut ”Tuhan menyertai engkau” menegaskan makna salam tadi.
Pertanyaan yang layak diajukan adalah apakah hanya Maria yang dikaruniai? Dalam kisah sebelumnya jelas bahwa Zakharia dan Elisabet juga pribadi-pribadi yang diberkati, juga nanti para gembala Efrata. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita juga pribadi yang dikaruniai? Jawabannya mestinya: ya. Kita dikaruniai talenta, bakat, kerja, keluarga, dan pastinya juga waktu. Pertanyaannya lagi: apakah kita pribadi yang dikaruniai? Marilah kita hitung karunia-karunia itu!
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional