(Luk. 1:21-23)
”Beberapa lama kemudian Elisabet, istrinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya, ’Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.’”
Kita tidak tahu tanggapan Elisabet berkait dengan kebisuan Zakharia. Lukas tidak merasa perlu menceritakan kegembiraan Elisabet. Namun, ketika kehamilan itu tak lagi pepesan kosong, Elisabet pun mengambil sikap untuk tidak menampakkan dirinya di muka umum. Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini menggunakan frasa: ”mengurung diri di rumah”. Tentu kita pun tak tahu apa tujuan dari tindakan itu. Namun, sepertinya Elisabet pun merasa perlu menata dirinya sendiri.
Bisa dibayangkan jika Elisabet keluar rumah, pastilah dia akan dikerumuni banyak orang yang mau tahu berkait kebisuan suaminya dan juga kehamilannya. Akan banyak pertanyaan yang perlu dijawab segera dan itu pasti akan membuat lelah Elisabet, yang memang sudah mulai beranjak tua. Dan kemungkinan besar pertanyaan-pertanyaan itu akan menguras emosinya, dan pasti akan juga berpengaruh bagi jabang bayi dalam rahimnya.
Namun demikian, pernyataan Elisabet, yang sempat dicatat Lukas, menarik disimak: ”Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Apa yang terjadi dalam diri diakui Elisabet sebagai ”perbuatan Tuhan bagiku”. Allah berkarya baginya. Dan itu bukan sekadar teori, tetapi sungguh nyata. Kemungkinan besar kalau ada orang yang bertanya, jawaban Elisabet akan bertumpu pada frasa ini: ”perbuatan Tuhan bagiku”. Semuanya memang karena perkenanan Allah. Ya, semua karena anugerah-Nya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional