(Pengkhotbah 3:1-15)
”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir” (Pkh. 3:1, 11).
Demikianlah refleksi sang pemikir tentang waktu. Bicara soal waktu berarti bicara soal hidup manusia. Bagaimanapun, manusia memang berada dalam waktu. Tak ada manusia yang hidup di luar waktu. Kita semua adalah makhluk waktuwi. Artinya, kita semua memiliki kesadaran terhadap waktu. Manusia tahu apa bedanya kemarin, kini, dan esok.
Manusia, dengan perlengkapan akal budinya, sungguh paham kapan menanam dan kapan menuai. Sedikit contoh: tanamlah padi di awal musim penghujan dan memanennya di musim kemarau. Jika ada seorang petani yang menanam padi di awal musim kemarau, pastilah akan menjadi bahan tertawaan orang lain.
Sejatinya, memahami waktu dan melakukan segala sesuatu seturut dengan waktunya merupakan tindakan logis. Artinya, jangan terlalu cepat, tetapi juga jangan terlambat. Kalau janji dengan seseorang pukul 19.00, datanglah pukul 18.30. Hanya orang enggak ada kerjaanlah yang janji pukul 19.00, tetapi telah datang pukul 17.00. Namun, datang lewat pukul 19.00—meski hanya beberapa menit—bukanlah tindakan yang baik! Sebab kita telah membuat orang menunggu. Siapa di antara kita yang senang menunggu?
Dan yang lebih penting lagi ialah memahami waktu Tuhan! Memahami waktu Tuhan akan membuat kita bebas dari rasa khawatir, juga rasa frustrasi. Misalnya, seandainya ada orang yang sakit enggak sembuh-sembuh, kalau kita memakai waktu—menurut kacamata manusia—kita akan bosan dan frustrasi.
Kita harus memahami waktu menurut kacamata Tuhan. Hanya dengan cara begini kita dapat bertahan dan sabar! Bagaimanapun, Tuhan adalah pribadi yang tahu kebutuhan kita. Memahami sesuatu menurut kacamata Tuhan akan membuat kita menghargai yang remeh pun sebagai berkat Tuhan. Kita akan terhindar dari anggapan adanya hari mujur dan hari sial. Karena Tuhan yang mengizinkan sesuatu terjadi demi kebaikan kita!
Berkait pandemi sekarang ini, mari kita juga menunggu waktu Tuhan!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Samantha Gades