(Luk. 10:23-24)
”Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya secara tersendiri dan berkata, ’Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.’”
Itulah ucapan bahagia yang dialamatkan kepada ketujuh puluh murid Yesus. Sang Guru sungguh bersyukur bahwa para murid-Nya boleh mengalami apa yang sebelumnya menjadi harapan dari banyak nabi dan raja. Entah mengapa Yesus menyebut dua profesi yang tak biasa, dan pasti jumlah orangnya pun sangat sedikit. Dengan kata lain, para murid merupakan pribadi pilihan.
Namun demikian, para murid tak perlu besar kepala. Pilihan itu memang membanggakan, namun tak perlu menjadikan diri mereka sombong. Itu semua merupakan prerogatif Allah. Dan memang tidak ada alasan untuk memegahkan diri. Mereka tak mungkin mengatakan bahwa diri mereka pasti lebih baik ketimbang nabi dan raja. Itulah makna sejati dari anugerah.
Sebenarnya ucapan Bahagia Yesus ini juga dialamatkan kepada kita—orang percaya abad ke-21. Kita juga boleh mengalami Allah. Dan karena itu, kita dipanggil pula untuk menjadi saksi agar semakin banyak orang mengalami Allah. Sehingga semakin banyak orang yang berbahagia di bumi ini.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional