(Luk. 1:8-9)
”Pada suatu kali, waktu tiba giliran kelompoknya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar dupa di situ.”
Kisah pemberitahuan kelahiran Yohanes Pembaptis berada dalam konteks upacara yang dilakukan seorang imam—ketika sedang membakar dupa. Dalam kedaulatan-Nya, Allah mengirimkan malaikat Tuhan untuk menyapa Zakharia.
Zakharia adalah imam, yang termasuk kelompok Abia. Setiap laki-laki keturunan Harun secara otomatis menjadi imam. Itu berarti ada terlalu banyak imam untuk tugas keimaman sehari-hari. Sehingga perlu diundi. Dan banyak imam yang seumur hidupnya tidak beruntung untuk membakar dupa di hadapan Allah. Oleh karena itu, apabila undi jatuh kepada seorang imam, maka bisa dikatakan hari itu merupakan hari besar, hari yang dirindukan selama hidupnya. Dan Zakharia beruntung mendapatkan kesempatan itu.
Berkait dengan peristiwa ini, William Barclay merasa perlu menyinggung tragedi dalam kehidupan Zakharia. Ia dan Elisabet tidak mempunyai anak. Padahal rabbi-rabbi Yahudi membuat daftar dari tujuh orang yang dikucilkan Tuhan yang dimulai dengan: ”Seorang Yahudi yang tidak mempunyai istri, atau seorang Yahudi yang mempunyai seorang istri, tetapi tidak mempunyai anak.” Ternyata orang yang dikucilkan dari masyakarat zamannya diberi kesempatan untuk menjalankan tugas keimaman—membakar dupa di hadapan Allah.
Apa artinya ini? Jelaslah: Allah berdaulat. Yang disingkirkan dunia, ternyata malah dimuliakan Allah. Bahkan tugas keimaman itu—yang didapat melalui undi—menjadi sarana penghiburan bagi Zakharia dan Elisabet. Dengan kata lain, bagi kita sekarang ini, jangan pernah melalaikan tugas. Lakukan sebaik-baiknya. Bisa jadi, itu juga menjadi sarana penghiburan Allah bagi kita.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional