(Luk. 1:5-7)
”Pada zaman Herodes, raja Yudea, ada seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Istrinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.”
Ada dua laki-laki yang ditampilkan Lukas pada bagian ini. Yang satu raja, yang lainnya imam. Yang satu memegang kuasa politik, yang lainnya tak punya kuasa. Yang satu pengambil keputusan, yang lainnya menerima keputusan. Yang satu keturunan Edom, yang lainnya keturunan Harun. Yang satu istrinya banyak, yang lainnya cukup dengan satu istri.
Lukas agaknya sengaja memberi tahu pembacanya tentang kualitas rohani Zakharia dan Elisabet. Catatan Lukas menarik disimak, pasangan Zakharia dan Elisabet hidup benar di hadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan tanpa cacat. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kehidupan suami istri itu menyenangkan hati Allah. Keduanya mentaati semua perintah dan Hukum Tuhan dengan sepenuhnya.”
Kualitas hidup Zakharia dan Elisabet itu menggirangkan hati Allah. Lukas merasa perlu memberi catatan bahwa tak ada perintah dan hukum Tuhan yang tidak mereka lakukan. Mereka berdua menaati semuanya.
Lukas tampaknya tak perlu menceritakan kualitas rohani Herodes. Mungkin sudah menjadi buah bibir orang-orang pada masa itu. Kecurigaan Herodes kalau-kalau keluarga Hasmonae hendak mengincar takhtanya, membuat dia membunuh satu demi satu anggota keluarga Hasmonae, bahkan istrinya sendiri—Mariamne. Dia juga pada akhirnya membunuh Antipater, anaknya yang sulung, untuk mengamankan takhtanya.
Lukas mungkin saja tidak bermaksud demikian ketika mencatat nama Herodes sebagai penunjuk waktu. Namun, bagi orang-orang sezamannya, juga kita pada abad XXI, perbedaan di antara keduanya—Herodes dan Zakharia—sungguh mencolok mata.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional