(Luk. 1:1-4)
”Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”
Lukas memulai Injilnya dengan sapaan: ”Teofilus yang mulia”. Jelas, Lukas menghargai Teofilus. Karena itulah, Lukas melakukan penelitian saksama dari asal mulanya. Tak heran, hanya Lukas yang menampilkan kisah gembala Efrata dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Jika Lukas tidak melakukan penelitian—puas dengan tulisan Matius—drama-drama Natal kita paling-paling hanya seputar Orang Majus dan Herodes. Tak ada kisah gembala.
Kita juga enggak punya Kisah Zakheus dan Perumpamaan Anak yang Hilang. Ya, kita akan kehilangan banyak kisah yang membangun iman seandainya Lukas tak mau melakukan penelitian dengan cermat. Dan sepertinya itu bukan sekadar pamer ketekunan. Lukas sungguh ingin Teofilus makin percaya dalam imannya kepada Yesus Kristus. Ia sungguh mengasihi Teofilus.
Lukas pasti paham arti nama Teofilus—yang dikasihi Allah. Dan karena itu, Lukas berikhtiar untuk membukukan hasil penyelidikan yang teliti dan dari permulaan mengenai Yesus Orang Nazaret. Dan pada akhirnya buku Lukas memang tak hanya berguna bagi Teofilus pribadi, tetapi—melampaui waktu dan ruang—juga bagi teofilus-teofilus , orang-orang yang dikasihi Allah, dalam segala abad dan tempat. Termasuk kita yang hidup pada zaman digital ini.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional