Posted on Tinggalkan komentar

Tua dan Muda

(Pengkhotbah 4:7-16)

Meski ide-ide sang pemikir bernuansa pesimistis, namun ada kebenaran dalam uraian alur pikirnya. Dalam ayat 13-14, sang pemikir mengudarkan gagasannya: ”Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi. Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu.”

Kemudaan mengandung harapan. Bagaimanapun waktu terus berjalan, dan semua orang akan melangkah ke pekuburan. Memang tak ada jaminan, yang tua pasti mati terlebih dahulu. Namun, itulah hukum alam dalam situasi normal.

Sehingga jalan yang paling aman: Jangan pernah menyepelekan atau membuat sakit hati orang muda! Jika mereka belum selesai mengelola sakit hatinya, maka generasi tua hanya akan dibayang-bayangi pembalasan dendam.

Pada titik ini, jalan yang paling logis bagi generasi tua adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada generasi muda. Bagaimanapun mereka punya kekuatan, yakni kemudaan itu sendiri. Dalam pemahaman Jawa ada ungkapan kebo nusu gudel ’orang tua yang minta diajari oleh orang yang lebih muda’. Namun demikian, yang muda pun tak perlu besar kepala karena pengalaman—yang biasanya didapat karena usia—sungguh guru yang baik. Dengan kata lain, baik tua maupun muda dipanggil untuk belajar bersama. Nah, selamat belajar!

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Brett Jordan

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *