Posted on Tinggalkan komentar

Tidak Ada yang Benar

(Ayb. 25:1-6)

”Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih? Sesungguhnya, bahkan bulan pun tidak terang dan bintang-bintang pun tidak cerah di mata-Nya. Lebih-lebih lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat!” (Ayb. 25:4-6).

Jawaban Bildad kepada Ayub ada benarnya, namun tidak seluruhnya benar. Bildad dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini berkata, ”Mungkinkah manusia suci di mata Allah? Mungkinkah ia murni pada pemandangan-Nya? Bagi Allah, bahkan bulan pun tidak terang, dan bintang dianggapnya suram. Apalagi manusia, si cacing, si serangga! Di mata Allah, ia sungguh tak berharga.”

Sekali lagi, jawaban Bildad ini benar, tetapi tidak seluruhnya benar. Memang tidak ada manusia yang benar di hadapan Allah. Namun, Bildad agaknya lupa bahwa Allah bisa menganggap manusia benar. Dan manusia pun, jika mau, dia bisa hidup benar di hadapan Allah dan manusia.

Salah satu bukti nyata adalah Ayub sendiri. Penulis Kitab Ayub memulai kitabnya dengan sebuah pernyataan: ”Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayb. 1:1) Bahkan Allah sendiri pun memuji Ayub: ”Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (Ayb. 1:8).

Memang benar, tidak ada yang suci di hadapan Allah. Namun, manusia—jika dia mau dan dengan kemampuan dari Allah, bisa hidup suci di hadapan Allah. Persoalannya, sering pada kemauan belaka.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *