Posted on Tinggalkan komentar

Tertipu

Mazmur 120 merupakan nyanyian ziarah. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan ”nyanyian ziarah” sebenarnya berarti ”naik”. Kata ini pulalah yang muncul di awal Mazmur 120-134. Yerusalem didirikan di atas perbukitan, dan Bait Allah ada di atas bukit bernama Sion. Kumpulan mazmur ini mungkin digunakan ketika umat ”naik” ke Yerusalem.

Pada awal mazmurnya penyair menulis: ”Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku: ’Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.’” Pada titik ini penyair merasa sesak mungkin karena ditipu.

Tertipu memang menyesakkan. Dan yang lebih menyesakkan lagi adalah kenyataan bahwa kita menjadi sulit memercayai orang itu kembali. Sesungguhnya inilah pergumulan besar bagi orang-orang yang pernah kena tipu: bagaimana caranya agar mampu memercayai orang itu lagi.

Agar tidak tertipu, kita perlu hikmat Allah. Sehingga bisa lepas dari jerat orang yang akan menipu kita. Namun demikian, jika kita pernah ditipu, baik jika kita belajar memercayai orang itu lagi. Bisa jadi dia menipu kita karena kepepet. Bagaimana jika kita juga berada dalam posisinya? Mungkin kita pun akan melakukan hal yang sama. Jika memang demikian, meski tak mudah, mari kita belajar untuk memercayainya lagi.

Sesungguhnya setiap orang bisa berubah. Karena itu, kita harus memberi kesempatan bagi dia untuk membuktikan perubahannya. Itulah sikap seorang Kristen.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Leon Biss

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *