(Luk. 5:27-28)
”Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Pertanyaan
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu tidak ditujukan kepada Yesus, melainkan para murid-Nya.
Kita tidak tahu alasannya. Mungkin mereka minder jika langsung berhadapan dengan Sang Guru. Bisa jadi karena belum ada kesempatan karena Yesus ada di dalam bersama dengan Lewi dan pemungut cukai lainnya.
Yang pasti mereka heran, mengapa Yesus tidak menjaga kekudusan diri-Nya. Dan itu membuat mereka tersinggung, bahkan marah. Bagi mereka kekudusan merupakan hal yang utama dalam hidup. Tindakan Yesus hanya menghancurkan tatanan. Dan tentu saja, bisa jadi dalam pikiran mereka, Yesus menjadi naik daun sedangkan mereka makin terpuruk dan dijauhi umat.
Tanggapan Yesus sederhana. Hanya orang sakit yang membutuhkan dokter. Dan dokter hanya mungkin menyembuhkan kalau dia tidak menjaga jarak terhadap pasiennya. Tak hanya jarak fisik tentu saja, tetapi juga hati. Menanggapi undangan perjamuan makan dengan baik adalah cara Yesus untuk memperlihatkan ketiadaan jarak itu.
Selain itu, bagi Yesus undangan Lewi tak mungkin ditolak. Bagaimanapun Lewi telah menganggap Dia sebagai gurunya. Masak guru menolak undangan murid! Terlebih motivasi Lewi hanyalah ungkapan syukur karena dia telah dianggap penting oleh Sang Guru. Dan bagi Yesus kehadiran-Nya dalam perjamuan itu juga memperlihatkan bahwa semua orang, juga para pemungut cukai, memang penting di mata-Nya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional