Posted on Tinggalkan komentar

Terang dan Gelap

(Ayb. 38:19-21)

”Di manakah jalan ke tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, sehingga engkau dapat mengantarnya ke daerahnya, dan mengetahui jalan-jalan ke rumahnya? Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah banyak!”

Allah menanyai Ayub tentang terang dan gelap berkait asal-usulnya. Menarik direnungkan mengapa Allah menyinggung soal terang dan gelap. Mungkin karena itulah kebutuhan utama manusia. Manusia butuh terang untuk melihat. Dia adalah makhluk terang. Kecuali tunanetra, manusia melakukan aktivitas dengan baik dalam terang. Dan karena itu manusia butuh sumber cahaya ketika malam tiba.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Tahukah engkau dari mana datangnya terang, dan di mana sebenarnya sumber kegelapan? Dapatkah engkau menentukan batas antara gelap dan terang? atau menyuruh mereka pulang setelah datang? Tentu engkau dapat, karena engkau telah tua, dan ketika dunia diciptakan, engkau sudah ada!”

Ya, dari manakah datangnya terang? Tentu kita bisa mengatakan dari Allah. Sebab itulah ciptaan Allah yang pertama.
Pertanyaannya: apakah manusia dapat menentukan batas antara gelap dan terang. Tentu hanya Allah yang mampu. Dan kelihatannya, Allah menyindir Ayub ketika berkata bahwa ketika dunia diciptakan dia sudah ada.

Nah, apa maksud dari semuanya itu? Gamblang diperlihatkan bahwa manusia terbatas. Tak banyak yang diketahuinya. Kalaupun dia tahu, itu hanya perkenanan Allah saja.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *