Posted on Tinggalkan komentar

Laut

(Ayb. 38:16-18)

”Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan melalui dasar samudera raya? Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang kelam pekat? Apakah engkau mengerti luasnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.”

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Allah kepada Ayub terkesan mengada-ada. Jawaban atas semua pertanyaan itu pastilah tidak. Manusia tak mungkin turun ke dasar laut dan berjalan-jalan di dasarnya. Manusia bukanlah makhluk lautan, melainkan daratan, sehingga mustahil melakukan semuanya itu. Yang tidak boleh kita lupa, pada masa itu laut adalah gambaran kekacauan, sehingga banyak orang yang takut pada kuasa laut.

Teknologi masa kini memang memungkinkan manusia berada di dalam lautan, namun tidak untuk selama-lamanya. Karena dasar laut bukan habitat manusia.

Entah mengapa dari laut, fokus pertanyaan Allah pindah ke pintu gerbang maut. Bisa jadi, ketika melihat laut, asosiasi umum manusia pada zaman itu memang maut. Semakin dalam manusia menyelam yang ada hanyalah kegelapan, yang membuat manusia mustahil melihat apa pun. Dan kegelapan memang gambaran bagi maut. Dan akhirnya Allah bertanya kepada Ayub mengenai luas permukaan bumi. Dan Ayub, meski dalam hati, pastilah menjawab tidak tahu.

Pertanyaan yang terkesan mengada-ada itu sejatinya diajukan Allah untuk mengingatkan Ayub bahwa Allah memang tiada banding. Dan di hadapan-Nya manusia memang cuma bisa diam.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *