Posted on Tinggalkan komentar

Memerintah Fajar

(Ayb. 38:12-15)

”Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dinihari atau fajar kautunjukkan tempatnya untuk memegang ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya? Bumi itu berubah seperti tanah liat yang dimeteraikan, segala sesuatu berwarna seperti kain. Orang-orang fasik dirampas terangnya, dan dipatahkan lengan yang diacungkan”

Bagian Alkitab ini tidak terlalu jelas maksudnya. Namun, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Hai Ayub, pernahkah engkau barang sekali, menyuruh datang dinihari? Pernahkah engkau menyuruh fajar memegang bumi dan mengebaskan orang jahat dari tempat mereka bersembunyi? Terang siang menampakkan dengan jelas gunung dan lembah seperti cap pada tanah liat dan lipatan pada sebuah jubah. Terang siang terlalu cerah bagi orang tak bertuhan, dan menahan mereka melakukan kekerasan.”

Allah bertanya kepada Ayub apakah dirinya pernah sekali saja memerintahkan fajar untuk muncul? Jawabnya pasti tidak pernah. Manusia tak punya kuasa untuk mengatur kemunculan fajar. Manusia tak sanggup mengatur waktu, sebaliknya waktulah yang mengatur manusia—kapan tidur atau bangun.

Manusia tak juga mampu memerintah matahari untuk memaparkan sinarnya ke seluruh bumi. Sekali lagi yang terjadi mataharilah yang memaparkan terangnya kepada manusia. Dan memang tidak ada yang terlewat dari paparan terangnya. Bahkan terang itu pulalah yang menghalangi manusia untuk melakukan kejahatan. Ya pada masa lalu—saat orang masih mempunyai rasa malu dan takut—kejahatan biasa dilakukan pada malam hari.

Yang pasti, Allah hendak menyatakan bahwa terbit dan terbenamnya matahari ada dalam tangan-Nya. Tentu saja, manusia bisa menyatakan bahwa semua itu cuma hukum alam belaka, namun orang percaya boleh berani mengatakan bahwa hukum alam pun merupakan ciptaan Allah.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *