(Ayb. 11:7-12)
”Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit—apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati—apa yang dapat kauketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera” (Ayb. 11:7-9).
Zofar mengingatkan Ayub bahwa secara hakiki, manusia memang berbeda dengan Allah: makhluk –Pencipta, terbatas–tas terbatas, fana–kekal, cemar–suci. Sehingga tak mungkin bagi manusia untuk memahami Allah secara utuh, menyeluruh, dan sempurna. Manusia hanya mungkin mengenal Allah sejauh Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Di luar itu hanya dugaan.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Masakan hakekat Allah dapat kauselami? Masakan mampu kuasa-Nya engkau fahami? Kuasa-Nya lebih tinggi daripada angkasa; tak dapat engkau menjangkau dan meraihnya. Kuasa-Nya lebih dalam dari dunia orang mati, tak dapat kaumengerti sama sekali. Kuasa Allah lebih luas daripada buana, dan lebih lebar dari samudra raya.”
Selanjutnya, kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Zofar lebih tajam: ”Apabila Ia lewat, melakukan penangkapan, dan mengadakan pengadilan, siapa dapat menghalangi-Nya? Karena Ia mengenal penipu dan melihat kejahatan tanpa mengamat-amatinya. Jikalau orang dungu dapat mengerti, maka anak keledai liar pun dapat lahir sebagai manusia” (Ayb. 11:10-12).
Ya, tak ada yang dapat menghalangi Allah; tak ada pula yang mengerti Allah. Namun, kalimat Zofar secara tak langsung mengatakan bahwa Ayub adalah penipu. Ya, tentu saja tak ada yang memahami Allah; tetapi Zofar pasti juga tak dapat menyelami apa yang ada di hati Ayub. Apa yang dilakukan Zofar seperti memberi cuka pada luka.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional