(Ayb. 22:11-20)
”Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya! Tetapi pikirmu: Tahu apa Allah? Dapatkah Ia mengadili dari balik awan-awan yang gelap? Awan meliputi Dia, sehingga Ia tidak dapat melihat; Ia berjalan-jalan sepanjang lingkaran langit!” (Ayb. 22:12-14).
Demikianlah tuduhan Elifas terhadap Ayub. Pada pemandangan Elifas, Ayub meremehkan Allah. Bisa saja Elifas memang melupakan kenyataan bahwa sahabatnya itu pribadi yang saleh lagi jujur. Mungkin Elifas berpikir sama seperti Iblis bahwa apa yang diperbuat Ayub selama ini karena Allah telah membentenginya dengan kekayaan dan kesejahteraan. Sehingga ketika Allah mengambil semuanya itu, Ayub menyangkal Allah. Atau, bisa saja Ayub melakukan semua kebaikan itu sebagai pencitraan belaka.
Elifas melanjutkan dengan ayat 15-17: ”Apakah engkau mau tetap mengikuti jalan lama, yang dilalui orang-orang jahat, mereka yang telah direnggut sebelum saatnya, yang alasnya dihanyutkan sungai; mereka yang berkata kepada Allah: Pergilah dari pada kami! dan: Yang Mahakuasa dapat berbuat apa terhadap kami?” Dengan kalimat ini jelaslah bahwa di mata Elifas, Ayub itu jahat semata. Dan Elifas mengajak Ayub untuk bertobat, meninggalkan jalan lamanya.
Yang patut kita renungkan sekarang ini adalah bagaimanakah perasaan Ayub ketika mendengarkan tuduhan Elifas ini? Mungkin Ayub marah, bisa jadi dia sedih, yang pasti dia kecewa.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional