(Ayb. 31:1-4)
”Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi? Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan? Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?” (Ayb. 31:1-4).
Ayub telah menerapkan standar ketat bagi dirinya sendiri. Itu tidak ditentukan oleh orang lain, tetapi oleh dirinya sendiri. Pada kenyataannya semua tindakan manusia semestinya tidak dikendalikan orang lain.
Hanya persolannya, tak sedikit orang yang lebih suka tindakannya ditetapkan oleh orang lain ketimbang diri sendiri. Swapikir, swasikap, dan swatindak akhirnya bergantung pada kata orang atau situasi.
Sejatinya itu bukanlah sikap dan tindak manusia merdeka. Dan Ayub menegaskan dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini: ”Dengan sumpah aku telah berjanji gadis muda tak akan kupandang dengan berahi.”
Alasan Ayub sederhana, dalam ayat 4 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?” Dengan kata lain: karena Allah mengamat-amati hidup kita, aneh rasanya jika kita tak mau memperhatikan sepak terjang diri kita sendiri. Bukankah kita pribadi yang paling berkepentingan atas diri kita sendiri?
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional