Posted on Tinggalkan komentar

Ditertawakan

(Ayb. 30:1-31)

”Tetapi sekarang aku ditertawakan mereka, yang umurnya lebih muda dari padaku, yang ayah-ayahnya kupandang terlalu hina untuk ditempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing dombaku. Lagipula, apakah gunanya bagiku kekuatan tangan mereka? Mereka sudah kehabisan tenaga, mereka merana karena kekurangan dan kelaparan, mengerumit tanah yang kering, belukar di gurun dan padang belantara; mereka memetik gelang laut dari antara semak-semak, dan akar pohon arar menjadi makanan mereka” (Ayb. 30:1-4).

Ditertawakan. Itulah yang dirasakan Ayub. Dia merasa getir karena menjadi bahan olok-olokan orang yang lebih muda dari dirinya, yang sepantaran dengan anak-anaknya. Yang, ini penilaian Ayub, ayahnya sebenarnya mungkin menjaga kambing dombanya karena bersama dengan anjing gembala karena terlampau lemah untuk menjadi penjaga. Sebab mereka terlalu lemah karena kekurangan makan. Mungkin itu jugalah yang membuat mereka akhirnya melakukan tindak kejahatan dan akhirnya dibuang dari masyarakat. Mereka adalah orang pinggiran. Dan sekarang anak-anak mereka menertawakan Ayub. Karena itulah, Ayub merasa hancur.

Lebih tambah hancur kala dia merasa Allahlah biang keladi dalam bencana yang menimpanya. Dalam ayat 18-19 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, Ayub berkata, ”Allah mencengkeram aku pada leher bajuku sehingga pakaianku menggelambir pada tubuhku. Ke dalam lumpur aku dihempaskan-Nya, aku menjadi seperti sampah saja!”

Ayub merasa dihempaskan Allah, bahkan dianggap sampah. Bisa jadi Ayub merasa nasibnya seperti orang-orang yang menertawakan dia selama ini. Bedanya mereka dibuang manusia, sedangkan Ayub merasa dibuang Allah.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *