Dalam Mazmur 15, Daud membuka syairnya dengan tanya: ”TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?” Kita tidak tahu alasan pasti Daud membuat mazmur ini. Mungkin pada mulanya mazmur ini merupakan prosesi ibadah ketika orang hendak beribadah ke Bait Allah.
Namun demikian, saya jadi teringat ucapan terkenal Bapa Gereja Augustinus: ”Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri. Jiwa-jiwa kami gelisah hingga bertemu dengan-Mu.” Manusia—yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah itu—membutuhkan Allah. Dalam batin terdalamnya—meski kadang disangkal—manusia senantiasa rindu bersekutu dengan Allah.
Dalam pemahaman Jawa terdapat ungkapan sangkan paraning dumadi ’asal dan tujuan kehidupan’, yaitu manusia berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Kepenuhan manusia hanya mungkin terjadi tatkala dia sungguh-sungguh paham dari mana dia berasal dan ke mana seharusnya dia pergi. Pemahaman itulah yang akan membuatnya bersekutu dengan Allah. Dan menurut Daud, syarat persekutuan dengan Allah itu hanyalah bersih hati, yang memancar dalam bersih sikap dan perilaku.
Itu jugalah panggilan kita selaku umat percaya dalam menjalani pandemi Covid-19 ini. Dalam situasi krisis, selalu terdengar ada orang-orang yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan atau memancing di air keruh. Dan semoga itu bukan kita!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional