Pembukaan Mazmur 16 menarik disimak. Daud membuka syairnya dengan permohonan: ”Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.” Kalimatnya sungguh logis. Karena Daud berlindung kepada Allah, maka dia bisa berharap penuh akan penjagaan Allah. Kita hanya mungkin merasakan penjagaan Allah, jika kita sungguh-sungguh berlindung kepada-Nya.
Daud punya alasan kuat. Demikian dia melanjutkan mazmurnya: ”Aku berkata kepada TUHAN: ’Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!’” (Mzm. 16:2). Alasannya masuk nalar. Daud berlindung kepada Pribadi yang baik. Itulah yang akan membuatnya senantiasa aman. Berlindung kepada Pribadi yang kurang baik, itu namanya cari penyakit. Dan bagi anak Isai itu: Allah adalah Pribadi terbaik.
Di tengah-tengah masa Prapaskah, yang diwarnai dengan wabah Covid-19 ini, kita perlu bertanya dalam diri: ”Siapakah Pribadi terbaik dalam hidup kita?” Jika jawabannya adalah Allah sendiri, maka berlindung kepada-Nya merupakan keniscayaan.
Sehingga bersama dengan Daud kita bisa berkata, ”Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Mzm. 16:9-10).
Jelaslah, tak hanya hati yang bersukacita atau jiwa yang bersorak-sorai, tetapi raga kita pun akan diam dengan tentram. Tubuh yang nyaman. Dan pada hemat saya, hati, jiwa, dan tubuh macam beginilah yang kita butuhkan sekarang ini!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional