”Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.” Demikianlah pengakuan penyair di awal Mazmur 126. Demikianlah pulalah pengakuan umat Israel kala pulang dari pembuangan di Babel.
Ya, memang seperti mimpi rasanya! Siapa sangka Koresh, raja Media Persia yang berhasil menaklukkan Babel, memperkenankan orang buangan itu kembali ke Yerusalem. Inilah kisah kemerdekaan Israel kedua.
Jika pada kisah kemerdekaan pertama mereka dipimpin Musa, maka pada kemerdekaan kedua mau tidak mau mereka mengakui kepemimpinan Koresh—orang asing itu. Jika pada kisah pertama Musa berulang kali bernegosiasi dengan Firaun, maka pada kisah kedua tak ada negosiasi. Koreshlah yang memerintahkan umat Israel untuk pulang membangun Yerusalem. Orang Israel mungkin mengharapkan, tetapi tak pernah memintanya. Tak heran, mereka seperti bermimpi.
Dalam mata iman, Israel mengakui bahwa Allah telah menjadikan Koresh sebagai alat-Nya. Kisah kemerdekaan kedua itu merupakan tindakan Allah semata. Tak hanya Israel, bangsa-bangsa lain pun mengakui bahwa kepulangan Israel merupakan anugerah. Jika Allah berkehendak, tak ada yang mampu menggagalkannya.
Penderitaan Israel—karena kesalahan mereka sendiri—tidak akan berlangsung untuk selama-lamanya. Allah memperhatikan rintihan umat-Nya. Dan Allah yang mendengar, Allah pulalah yang akan melepaskan umat-Nya.
Sejatinya, Mazmur 126 adalah penggenapan nubuat Yeremia. Yeremia bernubuat: ”Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka” (Yer. 31:9). Allah akan memulihkan Israel.
Pertanyaannya: apakah mereka percaya akan pemulihan Allah ini? Apakah mereka mempunyai pengharapan akan pemulihan ini? Dan pengharapan tidak akan pernah mengecewakan! Mengapa? Sebab Israel adalah milik Allah. Dan memang itulah yang terjadi.
Bagaimana pula dengan kita, umat percaya abad ke-21 di tengah pandemi ini?
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Tom Paolini