Posted on Tinggalkan komentar

Seperti Bunga

(A buyb. 14:1-6)

”Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan” (Ayb. 14:1-2). Penderitaan membuat Ayub merasa bahwa hidupnya sungguh tak berarti. Dia pun menggeneralisasi dan membesar-besarkan kesulitan hidup.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.” Ya, dibandingkan dengan keabadian Allah, jelaslah bahwa hidup manusia di dunia itu seperti bunga: cuma sebentar. Dan hidup yang sebentar itu pun dipenuhi oleh rasa khawatir.

Yang dilupakan Ayub—juga manusia pada umumnya—meski masa hidup bunga singkat, namun masih ada artinya. Setidaknya bunga itu masih berarti banyak bagi kehidupan serangga. Nektar bunga tersebut berguna bagi kehidupan lebah dan menjadi bahan utama pembuatan madu, yang akhirnya dikonsumsi manusia.

Meskipun demikian, kita tentu maklum jika Ayub membesar-besarkan kefanaan manusia. Penderitaan yang bertubi-tubi itu membuat dia merasa tak mungkin lagi menikmati hari-harinya. Sehingga dia memohon kepada Allah dalam ayat 6 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini: ”Biarkanlah ia beristirahat, jangan ganggu dia; supaya ia dapat menikmati hidupnya sampai selesai tugasnya.” Ya, Ayub ingin sejenak menikmati hari-harinya

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *