(Ayb. 13:17-28)
”Dengarkanlah baik-baik perkataanku, perhatikanlah keteranganku. Ketahuilah, aku menyiapkan perkaraku, aku yakin, bahwa aku benar” (Ayb. 13:17-18). Dengan penuh percaya diri Ayub berbicara kepada para sahabatnya. Dia memang pribadi yang berani. keberanian itu muncul karena dia begitu mengenal dirinya sendiri dan juga percaya bahwa Allah juga mengenal dirinya. Jelaslah, sepertinya tidak ada yang disembunyikan Ayub. Semua serbatransparan.
Namun, Ayub juga menyadari kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 19-21 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, dia memohon: ”TUHAN, jika Engkau datang dan menuduh aku, aku akan diam dan menunggu ajalku. Tapi kabulkanlah dua permohonanku ini, supaya aku berani menghadap-Mu lagi: berhentilah menyiksa aku, dan janganlah Kautimpa aku dengan kedahsyatan-Mu!”
Meski yakin tak bersalah, Ayub tahu tak ada yang bisa dilakukannya jika Allah telah memberikan keputusan-Nya. Di hadapan kemahakuasaan Allah, manusia hanya bisa diam. Namun demikian, Ayub juga berharap bahwa Allah mengangkat penderitaan itu dari tubuhnya. Sepertinya Ayub juga paham bahwa Allah masih mengasihinya. Kasih Allah itulah yang memampukan dia untuk memohon.
Bahkan kasih Allah itu jugalah yang membuat Ayub dengan percaya diri bertanya, ”Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu. Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu? Apakah Engkau hendak menggentarkan daun yang ditiupkan angin, dan mengejar jerami yang kering?” (Ayb. 13:23-25).
Semua pertanyaan itu muncul karena Ayub percaya bahwa kasih Allah lebih besar dari murka-Nya. Dan kepercayaan itulah yang membuat para sahabatnya makin tak menyukainya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional