Dalam bait pertama Mazmur 109, Daud menulis: ”Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri! Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan kata-kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan. Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka. Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.”
Daud memohon Allah tidak berdiam diri terhadap para pemfitnahnya. Mari kita simak ayat 2-3 dalam Alkitab BIMK: ”Sebab aku diserang penjahat dan penipu yang menyebarkan cerita-cerita bohong tentang aku. Mereka menyerang aku dengan kata-kata penuh kebencian, dan memerangi aku tanpa alasan.”
Yang bisa kita pelajari dari mazmur ini adalah Daud menyerahkan persoalannya kepada Allah. Dia tidak mengambil tindakan apa pun terhadap orang tersebut. Perhatikan pernyataan Daud pada ayat 16: ”Sebab aku miskin dan sengsara, dan hatiku terluka sampai dalam.” Yang dimaksud dengan ”miskin” di sini adalah menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Sikap ini menjadi penting karena kadang kita lebih suka bertindak sendiri. Misalnya, dengan gantian menyebarkan hoaks tentang orang itu. Tujuannya agar dia merasakan pula apa yang kita rasakan. Kalau sudah begini, kita telah main hakim sendiri.
Dalam masa pandemi ini, gesekan di antara anggota keluarga, gereja, komunitas, juga antarkaryawan mudah terjadi. Untuk itu marilah kita curhat kepada Allah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa