Dalam Mazmur 104 pemazmur berupaya menggambarkan kebesaran Allah dalam segala ciptaan-Nya. Pada ayat 25-27, pemazmur menulis: ”Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terhitung banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. Di situ kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya. Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.”
Bagi masyarakat Israel—juga kita pada zaman modern ini, laut merupakan misteri, yang kadang merupakan simbol dari kekacauan dan sungguh menakutkan. Namun, semua makhluk, juga Lewiatan, di dalamnya adalah ciptaan Allah belaka. Lewiatan adalah raksasa laut, yang juga merupakan simbol kekacauan dan kejahatan. Mereka semuanya takluk dan bergantung penuh kepada Allah dan menantikan makanan dari-Nya.
Pemazmur menjelaskannya dengan gaya bahasa repetisi pada ayat 28-29: ”Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganmu, mereka kenyang oleh kebaikan. Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan Kembali menjadi debu.” Tampak jelas bahwa semuanya bergantung total kepada Allah. Tanpa Allah mereka binasa.
Yang menarik disimak, pemazmur juga bicara soal pembaruan bumi pada ayat 30: ”Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”
Jelaslah bahwa Roh Allah hadir sebagai kuasa kreatif dalam penciptaan dunia. Tak hanya itu, Roh Allah juga menginspirasi orang-orang pilihannya untuk membarui bumi. Inspirasi berasal dari bahasa Latin en + spiritus (dalam Roh). Roh Allah memampukan setiap orang untuk melakukan pembaruan di dunia milik Allah.
Marilah kita berdoa, juga di tengah pandemi ini, agar Allah terus menginspirasi kita agar tak hanya mampu beradaptasi, tetapi juga dapat menyemangati orang lain hidup dalam kenormalan baru.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: James Barr