Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul ”Langit dan Bumi, Pujilah TUHAN” untuk Mazmur 148. Memang demikianlah inti mazmur ini. Menarik disimak bahwa mazmur ini dimulai dari atas lalu turun ke bawah, mulai dari surga turun ke bumi, mulai dari penghuni surgawi ke manusia. Intinya tak ada satu pun tak diajak untuk memuji TUHAN, baik benda hidup maupun mati. Di sela-selanya terdapat refrein: ”Baiklah semuanya memuji TUHAN”.
Setelah mengajak penghuni surgawi memuji TUHAN, pada ayat 3-4, pemazmur mengajak benda-benda langit untuk memuji TUHAN. ”Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang! Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit!”
Sebagian bangsa tetangga Israel menyembah matahari, bulan, dan bintang sebagai ilah mereka. Pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa semua benda langit sesembahan itu diajak untuk menyembah Allah, yang telah menciptakan mereka. Menurut pandangan dunia kuno, langit berbentuk kubah yang menudungi bumi yang datar. Di atas langit ada air, demikian pula di bawah bumi ada samudra air. Dan air pun, yang juga merupakan salah satu sumber kehidupan makhluk hidup, diajak untuk menyembah Allah.
Selanjutnya pemazmur mengajak semua yang ada di bumi untuk memuji Allah—ular naga dan segenap samudera raya; api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai; gunung-gunung dan segala bukit, pohon buah-buahan dan segala pohon aras: binatang-binatang liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-burung yang bersayap; raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda.
Ya, semuanya. Tak ada yang dikecualikan. Sebab semuanya adalah ciptaan Allah. Juga Covid-19 yang tengah mendera kita sekarang ini.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Mic Narra