Pemazmur memulai Mazmur 147 dengan seruan: ”Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.” Baik, indah, dan layak. Itulah yang dinyatakan pemazmur.
Bermazmur bagi Allah itu sungguh baik. Baik karena secara tidak langsung mengingatkan kita bahwa kita memang manusia. Dan tugas manusia itu memang memuliakan Allah. Ignatius, pendiri Serikat Yesus, menyatakan bahwa ”tujuan hidup sejati manusia adalah memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya”. Memuji Allah itu baik karena memang bisa menyelamatkan jiwa.
Bermazmur bagi Allah itu indah. Memuji Allah atau memuji orang lain itu indah. Yang tidak indah adalah memuji diri sendiri. Memuji diri sendiri bisa jadi malah membuat kesal orang lain yang mendegarnya. Ketika kita memuji Allah, orang lain bisa juga tertular untuk memuji Allah. Itu sungguh sesuatu yang indah. Itu sungguh hal yang menyenangkan.
Bermazmur bagi Allah itu layak. Layak berarti mulia atau terhormat. Ini mungkin yang sering dilupakan orang. Memuji Allah bisa menjadikan orang tersebut terhormat. Perhatikan saja paduan suara atau kelompok vokal di gereja. Mereka bahkan diberi tempat khusus! Dan memuji Allah memang membuat kita terhormat!
Oleh karena itu, mari kita berseru seperti pemazmur pada ayat, ”Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!” Agar semakin banyak orang memuliakan Allah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa