Posted on Tinggalkan komentar

Selamatkanlah Aku

Daud mengawali Mazmur 69 dengan seruan: ”Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku. Lesu aku karena berseru-seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku.”

Situasi—yang hendak digambarkan Daud dalam mazmur ini—sungguh kritis. Dalam budaya dan pemahaman orang-orang dalam Perjanjian Lama, tenggelam … gelombang pasang menggambarkan kesulitan yang hebat, dan banjir adalah suatu bahaya besar pada zaman purbakala dan sering menjadi lambang kekacauan dan kematian.

Kita tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri Daud. Akan tetapi, Anak Isai itu mengakui bahwa dia capek teriak, kerongkongannya kering, dan matanya nyeri karena terus berjaga mengharapkan pertolongan Tuhan.

Situasi macam begini tak beda dengan pandemi yang kita alami sekarang ini. Telah dua bulan berlalu, dan tampaknya akan lama sekali usainya. Terlebih jika kita menyaksikan betapa masyarakat banyak pun agaknya tak lagi memedulikan bahaya COVID-19 ini. Orang masih berkerumun di mal, pasar, bahkan puluhan ribu kendaraan meninggalkan Jakarta untuk mudik. Bisa jadi akan timbul klaster-klaster penularan baru.

Kalau sudah begini, pertolongan Ilahi menjadi kunci! Dan bersama Daud kita kembali berseru, ”Selamatkanlah kami, ya Allah dari pagebluk ini!

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Istimewa

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *