Daud memulai Mazmur 68 dengan sebuah pengalaman iman: ”Allah bangkit, terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya.” Daud menggambarkan Allah sebagai Pribadi yang bertindak. Ketika Allah bertindak, semua yang cemar pun lenyap. Dan Daud menegaskan pada ayat 4: ”Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.”
Yang dimaksudkan ”orang-orang benar” di sini adalah setiap orang yang berusaha hidup kudus di hadapan Allah. Memang bukan perkara mudah. Situasi dan kondisi kadang membuat manusia kompromi. Namun, ketika mereka menyadari kesalahan itu dan mau bertobat, Allah pun siap mengampuni dan menjadikannya benar.
Karena itulah, pada ayat 5 Daud mengajak umat: ”Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! Nama-Nya ialah TUHAN; beria-rialah di hadapan-Nya!”
Tentu ada banyak alasan untuk memuliakan Allah. Namun demikian, dalam ayat 20 Daud punya pengakuan yang lebih bersifat pribadi: ”Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dialah Allah yang menyelamatkan kita; dari hari ke hari Ia memikul beban kita.”
Allah adalah Pribadi yang memikul beban kita—dari hari ke hari. Adakah kenyataan yang lebih menghibur kita ketimbang hal ini? Allah memikul beban kita, juga di tengah pandemi COVID-19 ini. Percayalah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa