Posted on Tinggalkan komentar

Sebagai Laki-laki

(Ayb. 38:2-3)

”Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan? Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku”

Allah memulai sapaannya dengan sebuah pertanyaan. Bukan retorik. Allah membutuhkan jawaban. Dan Ayub mesti menjawab, meski hanya dalam hati. Bukankah Allah mahatahu?

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Siapa engkau, sehingga berani meragukan hikmat-Ku dengan kata-katamu yang bodoh dan kosong itu? Sekarang, hadapilah Aku sebagai laki-laki, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan ini.”

Frasa ”siapa engkau” memperlihatkan bahwa Allah ingin menegaskan atau mengingatkan kembali posisi Ayub—hakikat juga peranannya. Frasa ini juga hendak menolong Ayub untuk lebih memahami dirinya di hadapan Allah. Sesungguhnya Ayub ciptaan belaka.

Memang Allah memuji Ayub dalam permulaan Kitab Ayub sebagai pribadi yang jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan. Namun kelihatannya, beratnya cobaan yang ditimpakan Iblis kepada Ayub, juga desakan sahabat-sahabatnya untuk mengakui dosa, membuat dia rada goyah.

Tentu saja, Ayub sendiri, juga para sahabatnya, tidak tahu ada peran besar Iblis dalam cobaan itu. Dan agaknya itu jugalah yang membuat Ayub mempertanyakan kasih dan keadilan Allah. Makin didesak, Ayub makin merasa diri benar, juga semakin mengasihani dirinya. Dan pengasihanan diri membuat dirinya tambah merasa benar.

Dan karena itulah Allah menantang Ayub untuk berhadapan dengan-Nya sebagai laki-laki. Mengapa? Kemungkinan besar karena Allah ingin Ayub mempertanggungjawabkan semua kata yang keluar dari mulutnya. Dalam budaya masyarakat Timur, dalam keluarga, laki-laki adalah pemimpin keluarga. Dia tidak boleh melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Ya, Allah ingin Ayub bertanggung jawab.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *