Posted on Tinggalkan komentar

Risiko

(Pengkhotbah 10:8-9)

Berkait dengan risiko, sang pemikir dalam ayat 8-9 mengingatkan: ”Barangsiapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan barangsiapa mendobrak tembok akan dipagut ular. Barangsiapa memecahkan batu akan dilukainya; barangsiapa membelah kayu akan dibahayakannya.”

Setiap perbuatan mengandung risiko. Tak ada tindakan—bagaimanapun baiknya—yang bebas dari risiko. Oleh karena itu, pentinglah bagi kita untuk selalu berpikir dahulu sebelum bertindak. Kita punya peribahasa: Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.

Dinding rumah di Israel pada masa itu biasa dibuat dari batu atau batu bata, dan celah di antara batu-batu itu diisi dengan lumpur. Jika sebagian lumpur itu hilang, seekor ular dapat tinggal di dalam dinding. Namun demikian, kemungkinan itu tak perlu membuat orang akhirnya urung mendobrak tembok. Jika memang perlu, tindakan itu memang harus dilakukan. Yang penting hati-hati, dan sedapat mungkin meminimalkan risiko.

Demikian pula dengan kegiatan memecah batu dan membelah kayu. Kemungkinan adanya risiko tak perlu membuat manusia tak jadi memecah batu maupun membelah kayu. Sekali lagi, yang penting dalam hidup adalah memahami adanya risiko dan sedapat mungkin mengurangi risiko yang mungkin terjadi.

Pada titik inilah hikmat menjadi senjata andalan. Hikmat semestinya menolong manusia untuk memahami kemungkinan terburuk dan mengantisipasinya untuk mengurangi akibat buruknya. Dan pilihan memang ada pada kita.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: AJ Yorio

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *