(Luk. 1:51-55)
”Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
Bagian kedua Nyanyian Pujian Maria sering dianggap sebagai ajakan untuk melakukan revolusi sosial. Bahkan, dalam buku terakhir dari tetraloginya _Rumah Kaca_, Pramoedya Ananta Toer menaruh kutipan Latin _Deposuit Potentes de Sede et Exaltavat Humiles_ dalam halaman persembahan dan kembali menaruhnya dalam halaman terakhir bukunya dengan tambahan terjemahan: ”Dia Rendahkah Mereka yang Berkuasa dan Naikkan Mereka yang Terhina.”
Namun, yang tak boleh kita lupakan adalah Nyanyian Pujian Maria ini bukan dimaksudkan untuk membalas orang kaya dan berkuasa. Orang kaya dan berstatus tinggi pun dapat mengalami karya Allah selama mereka bersikap miskin dan rendah seperti Maria. Dengan kata lain setiap orang diundang masuk dalam Kerajaan Allah selama mereka hanya mengandalkan Allah saja.
Persoalannya sering kali memang di sini, harta atau kuasa yang dimiliki acap membuat manusia mengandalkan dirinya sendiri. Dan itulah yang dimaksud Maria dengan orang-orang yang congkak hatinya. Orang-orang yang congkak hatinya adalah orang yang menempatkan dirinya di atas Allah, sehingga tidak memedulikan-Nya. Dan tentu saja tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukan Allah bagi manusia macam begini. Orang yang congkak hati biasanya juga menganggap yang lain lebih rendah. Dan karena itu selalu dipandang sebagai musuh Allah.
Nyanyian Pujian Maria mengingatkan kita untuk selalu bersikap miskin di hadapan Allah artinya selalu mengandalkan Allah dalam segala situasi dan kondisi. Sikap mengandalkan Allah akan membuat kita mengasihi sesama. Sejatinya itulah dasar revolusi sosial. Ngomong-ngomong, itu jugalah tema Natal kita tahun ini: ”Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan.”
Selamat Natal!
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional