(Luk. 3:10-14)
Khotbah yang baik itu menggerakkan. Dan itulah yang terjadi dengan khotbah Yohanes Pembaptis. Orang banyak, para pemungut cukai, juga prajurit kompak bertanya, ”Apakah yang harus kami perbuat?”
”Siapa saja yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan siapa saja yang mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian” (Luk. 3:11).
Yohanes Pembaptis berbicara mengenai apa yang dimakan dan dipakai. Dalam Garuda Pancasila, lambangnya padi dan kapas. Jelas, anak Zakharia itu sedang membicarakan kebutuhan primer—yang dibutuhkan manusia untuk tetap menjadi manusia. Dia menegaskan pentingnya berbagi.
Itu tidak berarti kita enggak boleh punya baju cadangan. Bukan itu maksudnya. Namun, jangan sampai kita bingung mau pakai baju apa, sementara tetangga kita enggak punya baju pantas pakai. Lagi pula, dalam keadaan normal orang tak akan memakai dua baju sekaligus!
Berkait soal makanan, manusia hanya perlu sepiring nasi sekali makan. Kalaupun nambah, paling banter hanya sepiring nasi. Lagi pula, kita jarang memasak segelas beras bukan? Ketimbang dibuang atau terbuang, ya lebih baik dibagikan kepada yang membutuhkan!
Kepada para pemungut cukai, Yohanes Pembaptis berkata, ”Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu” (Luk. 3:13). Tegasnya: jangan menyalahgunakan jabatan. Jangan korup!
Jabatan itu amanat, bukan alat untuk mengumpulkan kekuasaan dan menggunakannya demi kepentingan sendiri. Kalaupun dipahami sebagai alat, ya harus dipakai untuk kesejahteraan umum.
Kepada para prajurit yang bertanya, anak Zakharia itu menjawab, ”Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk. 3:14). Jelas maknanya: jangan menyalahgunakan wewenang dan cukupkan diri dengan gaji yang ada!
Masalahnya kerap di sini. Ketika memiliki senjata seseorang merasa lebih hebat dari orang lain dan cenderung mencari tambahan dengan mengobyekkan senjatanya. Tak ubahnya premanisme karena orang dipaksa membeli—setidaknya menyewa—keamanan. Masalahnya makin ruwet kala didalangi instansi resmi.
Pesan Yohanes Pembaptis sederhana. Saking sederhana kadang kita malah mengabaikannya.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional