Posted on Tinggalkan komentar

Persepuluhan

(Luk. 11:42)

”Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih terhadap Allah. Hal-hal tersebut harus dilakukan tanpa mengabaikan yang lainnya.”

Betapa ketatnya orang-orang Farisi dalam soal persepuluhan. Mereka memberikan sepersepuluh dari selasih, inggu, dan segala jenis sayuran kepada Allah. Memang menurut hukum Taurat, sepersepuluh dari seluruh milik seseorang, termasuk hasil panen, harus dipersembahkan kepada Allah. Dan itulah yang dilakukan orang Farisi pada umumnya.

Memberikan persembahan secara tepat dan terukur tentu baik dan benar di hadapan Allah. Itu merupakan salah satu tanda dari pengabdian kepada Alllah. Akan tetapi, yang menjadi soal adalah ketika orang merasa cukup hanya dengan itu. Setelah memberikan persepuluhan tebersit rasa puas dalam diri. Ada perasaan lunas dalam hati dan pikiran, tak merasa perlu melalukan kebaikan yang lainnya. Dan itulah yang dikritik Yesus.

Menurut Sang Guru dari Nazaret menolong orang lain tak kalah pentingnya daripada hukum persepuluhan. Tak boleh mematuhi hukum yang satu secara ketat, namun mengabaikan hukum yang lainnya. Di mata Yesus sikap hidup adil terhadap sesama dan mengasihi Allah adalah hal yang mutlak.

Memang, ketika hukum persepuluhan dilakukan secara ketat, kita bisa saja tanpa sadar menganggap Allah sebagai Pribadi yang menuntut. Kalau sudah begini, pelaksanaan hukum itu malah terasa berat, bahkan terpaksa. Akhirnya, kasih kepada Allah yang menjadi dasar persembahan malah hilang lenyap.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *