(Luk. 11:43-44)
”Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terbaik di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Demikianlah celaan Yesus kepada orang-orang Farisi. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kalian suka tempat-tempat yang terhormat di dalam rumah ibadat, dan suka dihormati di pasar-pasar.” Ya, inilah yang mereka sukai. Selalu ingin duduk di tempat-tempat terhormat dan dihormati orang.
Sebenarnya tak ada salahnya duduk di tempat terhormat. Yang penting motivasinya. Jika motivasinya agar dihormati orang, tentu salah. Apalagi dalam rumah ibadah. Satu-satunya pribadi yang harus dihormati, ya Allah sendiri.
Lagi pula, penghormatan semestinya tak perlu kita tuntut dari orang lain. Penghormatan sejatinya buah dari sikap dan perbuatan kita. Pada titik ini berlaku prinsip cermin—siapa yang menghormati, pasti akan dihormati.
Orang Farisi kemungkinan besar ingin orang lain menghormati dirinya karena merasa sebagai pribadi-pribadi yang ketat menjalani Taurat. Sesungguhnya keinginan itu salah alamat karena dia sedang menaati perintah Allah. Lalu mengapa menuntut penghormatan manusia?
Uniknya lagi, keinginan semacam itu hanya membuatnya tak dihormati sama sekali. Kalaupun ada, itu hanyalah hormat semu. Pada akhirnya mereka tak ubahnya kubur tanpa nisan, yang hanya diinjak-injak orang.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional