(Luk. 23:8)
”Pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.” Catatan Lukas ini menarik disimak. Semula kedua pemimpin itu bermusuhan, sekarang mereka bersahabat. Pertanyaannya: mengapa mereka berdua bisa menjadi teman?
Baik Pilatus maupun Herodes sama-sama menganggap bahwa diri mereka berkuasa. Di hadapan mereka berdiri seorang yang telah dirampas kebebasannya. Dan mereka merasa bisa memperlakukan Sang Pesakitan itu sesuka hati mereka. Sepertinya, itulah yang membuat mereka merasa segelombang—sama-sama bisa mempermainkan Yesus Orang Nazaret.
Namun demikian, persahabatan kayak begini tak kekal sifatnya. Sebab dasarnya adalah kejahatan. Ketika objek yang bisa dipermainkan hilang, bisa dipastikan bahwa mereka akan saling mempermainkan satu sama lain. Dan persahabatan itu pun kembali lagi menjadi permusuhan. Demikian seterusnya, seperti siklus.
Sesungguhnya keduanya memang pribadi yang kejam. Pilatus dikenal sebagai pribadi yang suka mengambil nyawa orang lain kapan saja. Tercatat bahwa Pilatus pernah mencampur darah orang Yahudi dengan darah kurban yang hendak mereka persembahkan kepada Allah. Dan di tangan Herodeslah kepala Yohanes Pembaptis tergeletak di sebuah nampan demi sebuah janji yang ditetapkan saat mabuk.
Yang pasti keduanya berdamai karena sama-sama menjadikan Yesus Orang Nazaret sebagai bahan olok-olok.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional